Sabtu, 15 Mei 2010

SENIMAN TIDAK BUTUH DEWAN KESENIAN ??


Pekalongan - Persoalan wadah seniman yang selama ini ada di Pemerintahan dengan nama Dewan Kesenian mendapat tanggapan serius dari seniman yang dijuluki ‘hiden arts’ karena memang seniman yang tersembunyi.

Sebagaimana dituturkan oleh pekerja teater, Angger Samudra didampingi Anto Gondrong di padepokan teater ARDA yang saat ini sedang berupaya, agar bagaimana seni di Kota Pekalongan bisa hidup kembali.

“Persoalan proses para seniman lebih cenderung pada arts atau seni, yaitu sebuah karya yang menuju kearah persoalan estetika, sehingga seni atau Arts bagi pelakunya adalah sebuah kreatifitas estetika para seniman itu sendiri dalam mengolah karyanya, bukan bagaimana menjual seni untuk diperjual belikan”, tutur Angger.

Menurutnya, dengan adanya Dewan Kesenian merupakan solusi yang tepat dalam memberikan wadah bagi para seniman untuk berkarya, akan tetapi struktur atau orang yang menanganinya harus tepat dan tahu akan seni.

“Kalau struktur pengurus tidak menguasai adanya kultur dan estetika tentang Pekalongan, maka kinerja Dewan Kesenian masih diragukan. Artinya, bagaimana orang-orang yang duduk di Dewan Kesenian adalah harus orang-orang yang mengetahui tentang estetika dan kultur orang Pekalongan dan juga harus mampu menterjemahkan dihadapan para seniman”, jelas Angger.

Persoalannya adalah selama ini yang sering diributkan adalah adanya subsidi dana, karena Dewan Kesenian memang mendapat anggaran dari APBD. “Dewan Kesenian harus jadi dokter estetika yang mampu mengobati para pekerja seni untuk dapat menghidupkan hasil karya seninya, jangan malah sebaliknya, justru Dewan Kesenian menjadi ‘pasiennya’, imbuh Angger.

Lebih jauh dikatakan Angger, bahwa Dewan Kesenian harus sanggup memberikan tempat bagi kreatifitas para seniman yang berupa sarana dan prasarana. “Dewan Kesenian harus mampu mengobati para seniman yang ‘sakit’, yang selama ini kurang sarana dan prasarana, bukan malah sebaliknya ramai-ramai mencari obat untuk dirinya sendiri”, terang Angger.

Menanggapi adanya struktur Dewan Kesenian yang dikomandani oleh seorang birokrat dan beberapa anggota Dewan yang tidak memiliki jiwa seni, dirinya menilai perlu diadakan pengkajian, sejauh mana instrumen Dewan Kesenian dalam menangani persolaan seni di Pekalongan dan secara umum.

Apa yang dilakukan oleh Dewan Kesenian harus dapat mengcover para pekerja seni, bukan sebaliknya Dewan Kesenian mencari pekerjaan didalamnya. Karena hubungan pekerja seni dan Dewan selama ini belum optimal dan bersinergi dengan baik.

“Hubungan seniman dengan Dewan Kesenian merupakan sebuah hubungan yang tidak ada keterikatan. Seniman tidak berharap sekali dengan Dewan Kesenian. Seniman mempunyai idealisme sendiri, ada atau tidak ada Dewan Kesenian , Seniman masih tetap berkarya, contohnya Candi Borobudur berdiri tanpa adanya Dewan Kesenian”, katanya dengan kelakar. (SW-01@3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar