Sabtu, 15 Mei 2010

SATPOL PP KOMITMEN TEGAKKAN PERDA


Pekalongan - Sebagai aparatur negara yang mengemban amanah dalam mengabdikan diri kepada Negara dan Bangsa, jajaran Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), komitmen untuk menegakkan peraturan yang ada, khususnya peraturan daerah(Perda) tentang kebersihan, ketertiban dan keindanhan (K-3) .

Seperti dikatakan Kepala Satpol PP Kota Pekalongan, Widarjanto, SH, M.Hum yang kini tengah gencar-gencarnya melakukan operasi penertiban terhadap pedagang kaki lima dan penertiban bangunan diatas saluran air.

”Upaya kami dalam melaksanakan dan menegakkan Perda adalah semata - mata agar masyarakat taat terhadap peraturan yang ada. Sebab penertiban yang dilakukan merupakan amanah dari peraturan daaerah yang memuat beberapa pokok berkenaan dengan kebersihan, ketertiban dan keindahan di Kota Pekalongan”, terangnya.

Selanjutnya dikatakan Widarjanto, bahwa penegakan dan pelaksanaan penertiban yang selama ini digelar oleh satuan yang dipimpinnya, juga dalam rangka untuk menciptakan kota Pekalongan yang bersih. Tentunya dalam melakukan penertiban didasarkan pada Perda yang mengaturnya dan proses penertiban yang dilakukan bukan tindakan yang semena-mena. Artinya dalam melakukan penertiban baik terhadap pedagang kaki lima maupun terhadap bangunan yang menyalahi aturan atau bangunan yang berada diatas saluran air, terlebih dahulu dengan memberikan surat pemberitahuan kepada pihak yang dianggap melanggar .

”Apabila sampai dengan batas waktu yang ditentukan para pelanggar belum dapat melakukan pembongkaran atau pembenahan, maka kami mempersilahkan kepada para pelanggar untuk membokar sendiri. Namun apabila batas waktu yang diberikan dilanggar, masih juga belum melakukan pembongkaran maka dengan sangat terpaksa kami lakukan pembongkaran”, ucap Widarjanto.

Perlu diketahui, bahwa kegiatan penertiban seperti penertiban bangunan diatas saluran air dikandung maksud agar saluran air tidak tersumbat karena dapat mengakibatkan banjir. ”Kalau bangunan diatas air tidak dibenahi, dikhawatirkan akan ada penyumbatan terhadap saluran air yang disebabkan oleh sampah yang tersumbat oleh bangunan tersebut dan akan berakibat banjir”, jelas Widarjanto.

Adapun sasaran kegiatan penertiban, terutama terhadap jalan-jalan utama dalam kota dan tempat-tempat yang menjadi fokus penyebab adanya penyumbatan air yang dapat mengakibatkan banjir. ”Kami berharap kepada masyarakat agar tidak membuang sampah disaluran air dan tidak mendirikan bangunan diatas saluran air, sebab rawan penyumbatan saluran irigasi yang dapat mengakibatkan banjir”, harap Widarjanto. (SW-01@3)

SENIMAN TIDAK BUTUH DEWAN KESENIAN ??


Pekalongan - Persoalan wadah seniman yang selama ini ada di Pemerintahan dengan nama Dewan Kesenian mendapat tanggapan serius dari seniman yang dijuluki ‘hiden arts’ karena memang seniman yang tersembunyi.

Sebagaimana dituturkan oleh pekerja teater, Angger Samudra didampingi Anto Gondrong di padepokan teater ARDA yang saat ini sedang berupaya, agar bagaimana seni di Kota Pekalongan bisa hidup kembali.

“Persoalan proses para seniman lebih cenderung pada arts atau seni, yaitu sebuah karya yang menuju kearah persoalan estetika, sehingga seni atau Arts bagi pelakunya adalah sebuah kreatifitas estetika para seniman itu sendiri dalam mengolah karyanya, bukan bagaimana menjual seni untuk diperjual belikan”, tutur Angger.

Menurutnya, dengan adanya Dewan Kesenian merupakan solusi yang tepat dalam memberikan wadah bagi para seniman untuk berkarya, akan tetapi struktur atau orang yang menanganinya harus tepat dan tahu akan seni.

“Kalau struktur pengurus tidak menguasai adanya kultur dan estetika tentang Pekalongan, maka kinerja Dewan Kesenian masih diragukan. Artinya, bagaimana orang-orang yang duduk di Dewan Kesenian adalah harus orang-orang yang mengetahui tentang estetika dan kultur orang Pekalongan dan juga harus mampu menterjemahkan dihadapan para seniman”, jelas Angger.

Persoalannya adalah selama ini yang sering diributkan adalah adanya subsidi dana, karena Dewan Kesenian memang mendapat anggaran dari APBD. “Dewan Kesenian harus jadi dokter estetika yang mampu mengobati para pekerja seni untuk dapat menghidupkan hasil karya seninya, jangan malah sebaliknya, justru Dewan Kesenian menjadi ‘pasiennya’, imbuh Angger.

Lebih jauh dikatakan Angger, bahwa Dewan Kesenian harus sanggup memberikan tempat bagi kreatifitas para seniman yang berupa sarana dan prasarana. “Dewan Kesenian harus mampu mengobati para seniman yang ‘sakit’, yang selama ini kurang sarana dan prasarana, bukan malah sebaliknya ramai-ramai mencari obat untuk dirinya sendiri”, terang Angger.

Menanggapi adanya struktur Dewan Kesenian yang dikomandani oleh seorang birokrat dan beberapa anggota Dewan yang tidak memiliki jiwa seni, dirinya menilai perlu diadakan pengkajian, sejauh mana instrumen Dewan Kesenian dalam menangani persolaan seni di Pekalongan dan secara umum.

Apa yang dilakukan oleh Dewan Kesenian harus dapat mengcover para pekerja seni, bukan sebaliknya Dewan Kesenian mencari pekerjaan didalamnya. Karena hubungan pekerja seni dan Dewan selama ini belum optimal dan bersinergi dengan baik.

“Hubungan seniman dengan Dewan Kesenian merupakan sebuah hubungan yang tidak ada keterikatan. Seniman tidak berharap sekali dengan Dewan Kesenian. Seniman mempunyai idealisme sendiri, ada atau tidak ada Dewan Kesenian , Seniman masih tetap berkarya, contohnya Candi Borobudur berdiri tanpa adanya Dewan Kesenian”, katanya dengan kelakar. (SW-01@3)

SMKN 3 PEKALONGAN RAIH ISO 9001-2000

Pekalongan - Belum lama ini SMK Negeri 3 Pekalongan menerima penghargaan dari TUV berupa pemberian sertifikasi ISO 9001-2000. Penyerahan sertifikasi ISO diserahkan oleh Walikota Pekalongan pada Senin (10/3) lalu dalam upacara yang dihadiri oleh para Kepala SMP dan SMK se Kota Pekalongan. Acara penyerahan sertifikasi ISO 9001-2000 sekaligus dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-31 SMKN 3 Pekalongan.

Dalam sambutanya, Walikota Pekalongan, dr. H.M Basyir Ahmad mengatakan, bahwa dengan keberhasilan SMKN 3 Pekalongan meraih ISO 9001-2000, membuktikan bahwa SMK yang selama ini dipandang sebelah mata ternyata mampu menunjukkan prestasinya di bidang sistem manajemen mutu pendidikan.

“Kedepan kita akan merencanakan menaikan anggaran pendidikan hingga 100 milyar, ini dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dengan diraihnya ISO 9001-2000 oleh SMKN 3, menunjukan bahwa satu-satunya sekolah di Pekalongan diantara 90 SMK di Jawa Tengah yang mampu menunjukan kualitas mutu pendidikan”, ungkap Walikota.

Diharapkan, lulusan dari SMK Negeri 3 Pekalongan atau yang lebih dikenal dengan STM JUTEX, akan dapat terserap didunia usaha, karena selama ini, sebelum siswa lulus pun, sudah mendapat pesanan dari perusahaan, karena kualitas pendidikan yang cukup bagus.

“Mudahan-mudahan lulusan SMKN 3 dapat tertampung di perusahaan-perusahaan, karena memang kualitasnya cukup bagus”, harap Walikota

Sementara itu Kepala SMK Negeri 3 Pekalongan, Drs. Muhajir disela-sela acara penyerahan sertifikasi mengatakan, bahwa upaya sekolahnya dalam melakukan peningkatan mutu pendidikan, telah melalui berbagai tahapan yang sudah dilakukan, diantaranya dengan memenuhi persyaratan standar pelayanan yang mengacu pada standar internasional, dengan melakukan pendekatan proses, yaitu proses merencanakan, mengerjakan, memeriksa dan mengambil tindakan.

“Persyaratan atau elemen-elemen yang terdapat dalam ISO 9001-2000 diantaranya system menajemen mutu, tanggung jawab manajemen, manajemen sumber daya, realisasi produk, pengukuran, analisa dan perbaikan, yang kesemuanya merupakan komitmen kami dalam menerapkan system pendidikan di SMK Negeri 3”, terang Muhajir yang berharap pada tahun ini anak didiknya akan lulus 100 %. (SW-01@3)



SRIKANDI YANG SUKA NYANYI


Batang - Bila anda membutuhkan hiburan, khususnya seni musik, sudah barang tentu akan mencari seorang penyanyi yang suaranya merdu, apalagi ditambah dengan paras yang cantik dan goyangan yang menggoda. Barangkali tidak salah pilih bila kita mengenal sosok penyanyi kelahiran dari Kota Batang dengan nama yang unik Sri Beni.

Kulitnya yang bersih dan dengan body menggemaskan, Sri Beni yang telah melanglang didunia tarik suara hampir 15 tahun ini, diakuinya, dijalani dengan penuh suka dan duka.

“Didunia tarik suara banyak suka duka yang kita alami. Sukanya kalau banyak tawaran manggung. Dukanya kalau dalam sebulan tidak ada yang menawari manggung. Namun Alhamdulillah dari hasil nyanyi saya dapat menunaikan ibadah haji dan menyekolahkan anak saya”, tutur wanita yang sudah menunaikan ibadah haji pada tahun 2005 lalu.

Pengalamannya didunia tarik suara yang sudah lama ditekuninya sejak duduk disekolah SMA, membuatnya matang dibeberapa penampilanya termasuk pengalaman dengan audiens yang suka iseng.

”Penyanyi itu harus supel dengan audiens atau penonton, namun harus dapat menjaga norma-norma kesusilaan. Apalagi penyanyi panggung jangan sampai mendapat predikat negatif”, ucap Beni yang juga pengusaha dibidang konfeksi.

Wanita berusia 36 ini, sebagai ibu dari Guruh (15) dan Mega (9), ia harus terus berjuang untuk dapat melangsungkan perjuangannya sebagai ibu sekaligus kepala keluarga yang menjadi tulung punggung keluarganya. Ia tidak mengenal panas dan hujan ketika harus manggung, baik didalam kota maupun luar kota. Pilihan profesinya merupakan ibadah yang harus dilakukan dengan penuh ceria dengan tulus.

”Profesi sebagai penyanyi sudah merupakan kodrat dari sana, sehingga saya dengan tulus menjalaninya. Namun saya mencoba untuk usaha lain dengan mencoba menekuni dibidang konfeksi”, terang Beni yang saat ini masih betah men”jomblo” .

Ditengah-tengah kesendiriannya, sosok Sri Beni sebenarnya bukannya tidak mau untuk bersuami lagi, namun saat ini belum ada lelaki yang cocok.

”Jujur saja, saat ini saya lagi njomblo, saya tidak pilih-pilih lelaki yang penting ia adalah lelaki yang penuh pengertian dan tanggungjawab yang dapat melindungi anak dan istri”, harap Beni. (SW-01@3)

TUKANG BAKSO BUKA CAFÉ GAUL


Kajen - Setelah menggeluti bisnis jual bakso keliling sejak tahun 1997, Abdul Muhaimin (37), mencoba untuk dapat mengembangkan usahanya agar tidak keliling dan memutuskan untuk membuka sebuah café gaul yang berada dipinggir jalan raya Kemasan Bojong Kabupaten Pekalongan.

Tempat yang dipilihnya berada dipinggir sungai dengan pemandangan persawahan yang terhampar luas, sehingga menambah suasana yang nyaman bagi pengunjung café SAWO ASRI.

Usahanya membuka café gaul dirintis sejak tahun 2002, sehingga pada tahun 2003 tepatnya tanggal 4 juli café gaul SAWO ASRI resmi dibuka hingga saat ini tidak pernah sepi dari pengunjung yang kebanyakan para kawula muda. “Kami merintis usaha buka café gaul sejak tahun 2002, baru pada sekitar bulan juli 2003, café gaul ini kami buka dan alhamdulillah, tidak pernah sepi dari pengunjung yang kebanyakan kaum muda”, terangnya.

Untuk menambah kenyamanan pengunjung, lokasi atau tempat didesain sedemikian rupa, sehingga pengunjung dibuat betah dan nyaman, ditambah dengan berbagai menu makanan dan minuman lainnya selain menu utama atau menu khasnya.
“Disini selain bakso, juga ada ayam bakar, Soto, Nasi goreng ,Sop Daging sapi, mie goreng, ikan bakar dan berbagai minuman macam es juice yang harganya terjangkau dan murah, dengan tanpa mengurangi fasilitas hiburan musik yang kami sajikan”, tuturnya.

Dari pengamatan SURGA, café gaul SAWO ASRI memang sebuah tempat yang nyaman dan mengasyikan, karena disamping lokasinya yang jauh dari keramaian serta didukung udara yang asri, café ini juga menetapkan harga yang relatif murah untuk semua lapisan masyarakat “Memang benar untuk tarif makanan dan minuman disini sengaja dibuat yang terjangkau, karena kebanyakan pengunjung disini para kawula muda. Insya Allah pengunjung tidak kecewa dengan apa yang kami sajikan”, terang ayah 3 anak, suami dari Susi Utami ini. (SW-01@3

WALIKOTA PEKALONGAN RESMIKAN TABLOID SUARA WARGA


Pekalongan - Akhirnya harapan dari seluruh jajaran redaksi Tabloid Suara Warga yang berada di Kelurahan Tirto Pekalongan terlaksana dengan baik dan dan berjalan lancar, sekaligus diresmikan oleh Walikota Pekalongan pada hari Sabtu 16 Pebruari 2008 lalu.

Acara yang dihadiri Walikota Pekalongan, dr. Basyir Ahmad, Dandim 0710 Pekalongan, Letkol Sapriadi, Kapolwil Pekalongan yang diwakili oleh Kompol, H. Agus Salim serta Kapolsek se-Kota Pekalongan, Camat dan Kepala Kelurahan se Kota Pekalongan berlangsung cukup hidmat dan meriah.

Dalam sambutannya Walikota Pekalongan, dr. Basyir Ahmad merasa bangga dengan hasil kerja dari kelompok interaktif masyarakat (KIM) Kelurahan Tirto hingga dapat menerbitkan sebuah tabloid yang dapat dijadikan sebagai sarana informasi dan komunikasi bagi masyarakat Pekalongan, khususnya di Kelurahan Tirto.

”Kami atas nama Pemerintahan Kota Pekalongan merasa salut kepada KIM Tirto yang telah berupaya untuk dapat membuat sebuah sarana informasi dan komunikasi kepada masyaraka,t khususnya dalam memberikan informasi-informasi Pemerintahan hingga dapat dipahami oleh masyarakat”, ucapnya.

Selanjutnya, diharapkan walikota, didalam pemuatan pemberitaan hendaknya dapat dijadikan sumber informasi yang dilandasi dengan hati nurani bukan didasarkan atas ’pesanan’.

”Saya berharap agar media ini dijadikan sebagai sarana komunikasi dan informasi yang positif yang dalam pemuatan beritanya didasari atas hati nurani bukan didasarkan atas pesanan yang dibayar oleh seseorang”, tekan Walikota

Pada kesempatan yang sama, Nurachim, Kepala Kelurahan Tirto Kecamatan Pekalongan Barat yang juga selaku penasehat Redaksi Suara Warga, berharap kepada seluruh jajaran Redaksi Tabloid Suara Warga agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertanggungjawab, karena sebuah berita yang ditampilkan harus berdasarkan atas data dan fakta, bukan atas dasar opini yang mengarah kepada fitnah.

”Saya berharap agar dalam menampilkan pemberitaan harus dapat dipertanggungjawabkan yang berdasarkan atas data dan fakta yang ada, sehingga tidak menimbulkan dan berbenturan dengan hukum”, harap Nurachim.

Sementara itu pimpinan redaksi (Pimred) tabloid Suara Warga, Ali Rosidin mengatakan bahwa upaya dari gagasan pembuatan tabloid ini atas kesepakatan dari anggota KIM yang berusaha memberikan informasi kepada masyarakat luas khususnya masyarakat Kelurahan Tirto.

”Kegiatan pembuatan tabloid ini atas kesepakatan anggota KIM Tirto dalam upaya memberikan informasi dalam pembahasan permasalahan - permasalahan yang berkembang di masyarakat, khususnya Kelurahan Tirto agar kondusif”, terangnya.

Selanjutnya dituturkan Ali, untuk dapat berkembangnya tabloid Suara Warga dibutuhkan dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karenanya, Suara Warga berusaha melakukan berbagai upaya untuk menjalin kemitraan dengan berbagai pihak-pihak terkait.

”Kami menyadari untuk dapat berkembangnya tabloid ini, dibutuhkan dukungan dan kerjasama dari semua pihak. Oleh karenanya kami berharap semua pihak untuk dapat bekerjasama dan memberikan dukungan guna berkembangnya tabloid ini”, harap Ali. (SW-01@3)


PONPES ALKHOIRIYAH SIAP CETAK SANTRI MANDIRI


Pemalang- Pondok pesantren yang identik dengan santrinya yang digembleng dibidang ilmu agama keberadaanya patut mendapat perhatian baik Pemerintah maupun masyarakat yang peduli dengan pondok pesantren.

Sebagaimana keberadaan pondok pesantren Al Khoiriyah di desa Klareyan Kecamatan Petarukan Pemalang yang dengan fasilitas seadanya berupaya untuk dapat menelorkan para santri berguna ditengah-tengah masyarakat.

Seperti dituturkan Pengasuh Ponpes AL-Khoiriyah Desa Klareyan Petarukan Pemalang, Kyai Abdul Kholil Bisri ketika dditemui dipondokan mengatakan bahwa meskipun santrinya belajar dengan sarana dan prasarana seadanya namun pembekalan ilmunya tidak kalah dengan ponpes yang ada dikota-kota besar.

“Santri di Ponpes Al khoiriyah disamping memperdalam ilmu agama, juga diberikan bekal ketrampilan. Yang insya Allah kami akan bekerjasama dengan pihak Induk koperasi pondok pesantren(Inkopontren) Jawa Tengah”terang Kyai Kholil panggilan akrabnya.

Kerjasama kemitraan dengan Inkopontren Jawa Tengah diantaranya kerjasama dibidang agrobisnis, seperti penanaman budi daya jagung, budi daya singkong, budi daya ternak sapi , usaha simpan pinjam syariah, koperasi pesantren dan pembukaanb bengkel kerja santri.

“Insya Allah dengan adanya kerjasama kemitraan dengan pihak Inkopontren ini, para santri akan dapat bekal ketrampilan, sehingga bilamana santri lulus atau keluar dari pondokan akan dapat mengembangkan ketrampilannya dimasyarakat dan dapat berguna bagi orang banyak”harap Kyai Kholil.

Lebih jauh disampaikan Kyai kholil bahwa keberadaan dan kondisi Ponpesnya perlu mendapat perhatian dan bantuan untuk dapat berkembang lebih maju.

“Silahkan kalau berbagai pihak ingin membantu kami dalam perbaikan sarana dan prasarana, karena terus terang kondisi atau sarana belajar santri seadanya dimana tidak ada meja dan kursi untuk belajar ,padahal jumlah santri saat ini berkisar 50 santri” terang Kyai Kholil.(SW-01)


LPK INASABA PEDULI ANAK PUTUS SEKOLAH


Pekalongan- Guna menampung anak putus sekolah namun mempunyai prestasi, pihak Lembaga pendidikan komputer(LPK) INASABA Pekalongan membuka program bea siswa kursus para profesi(KPP) yang bekerja sama dengan pihak Dirjen Pendidikan Luar Sekolah(PLS) Depdiknas.

Direktur LPK INASABA, Rina Arsiyanti, Skom mengatakan bahwa pihaknya sangat prihatin terhadap anak putus sekolah yang mempunyai bakat di bidang komputer sehingga sebanyak 80 anak putus sekolah yang mau dibekali pendidikan komputer dan sebagai penerima bea siswa program kursus para profesi di Kota Pekalongan.

“ Bagi anak putus sekolah yang merupakan pengangguran berprestasi kami siap untuk memberikan pelatihan di bidang komputer. Kami mempersiapkan sebanyak 80 peserta untuk diberikan penguasaan komputer agar dapat membekali mereka di bursa dunia kerja”terang Rina.

Selanjutnya dikatakan Rina, setelah ke 80 peserta penerima program kursus para profesi akan diiusahakan dan disalurkan ke perusahaan-perusahaan baik di Kota Pekalongan maupun luar kota.

“Rencananya pelatihan akan diberikan 4 kali pertemuan dalam seminggu, dengan dibagi 3 group. Hal ini dilakukan agar hasil binaan kursus disini dapat optimal dan siap untuk diterjunkan dalam bursa dunia kerja “ungkapnya.

Sementara itu salah satu peserta kursus para profesi yang tidak mau disebut namanya mengatakan bahwa dengan adanya program kursus para profesi yang diadakan oleh LPK INASABA sangat membantu orangtua dan masyarakat.

“Saya merasa bangga dengan LPK INASABA yang telah peduli dengan anak putus sekolah, karena kebanyakan anak putus sekolah dikarenakan factor kondisi ekonomi orangtua yang kurang biaya. Mudah-mudahan Pemerintah Kota(Pemkot) Pekalongan akan lebih memperhatikan kegiatan ini karena sangat membantu bagi anak putus sekolah”ungkapnya.

Sekedar diketahui LPK INASABA yang baru berkiprah beberapa tahun sudah dapat meluncurkan program yang sangat mulia terutama bagi anak-anak keluarga yang kurang mampu namun berprestasi. Sehingga patut mendapat respon positif bagi berbagai kalangan khususnya Pemkot Pekalongan. (SW-01)

PENGUSAHA KECIL HARAPKAN PERHATIAN PEMERINTAH

Kendala yang sering dihadapi para pengusaha konveksi “kecil-kecilan” , adalah sulitnya mendapatkan pengadaan bahan baku, dan juga yang paling penting adalah pemasarannya. Hal ini diungkapkan pengusaha konveksi di Desa Karangsari Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, H. Mochamad Djaelani, kepada wartawan beberapa waktu yang lalu.

Lebih lanjut pak haji mengatakan, bahwa saat ini pihaknya merasakan, tidak adanya perhatian dari pemerintah daerah, kepada para pengusaha konveksi. “Pengusaha kecil, menurut pantauan saya, seperti sekarang di Kecamatan Bojong, seolah-olah tidak ada yang ngopeni dan pembinaan, sehingga, saat seperti ini, hasil produksi hanya ditumpuk saja. Dan untuk menaggulangi hal itu, hendaknya pemerintah turun tangan, minimal memberikan solusi”, tuturnya.

Pengusaha celana Jeans merk OCSA, ZICO dan ZIVANO ini berharap, pengusaha kecil-kecilan, ada perhatian dari pemerintah daerah. Karena bagaimanapun juga, telah ikut membantu pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran. “Harapan kami, pemerintah bisa menyediakan bahan baku, karena selama ini, kami merasa kesulitan untuk memperolehnya, dan kalau bisa, dengan harga standard. Karena bagaimanapun juga, kita telah membantu pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran. Dan saat ini kami telah memberdayakan 140 orang di Bojong untuk berkarya di perusahaan kami”, pungkas pria 71 tahun ini.(SW-02)

DENGAN PROYEK 65 MILYAR KOTA DAN KABUPATEN PEKALONGAN AKAN TERBEBAS DARI BANJIR TAHUNAN


Berita gembira ini patut untuk segera direalisasikan oleh Pemerintah. Karena selama ini, masyarakat Kota dan Kabupaten Pekalongan, khususnya wilayah yang dilewati alur sungai Sengkarang, Meduri dan Kali Bremi, selama ini sudah merasa jenuh, dengan hadirnya tamu tahunan, yakni banjir yang hingga datang 2 hingga 3 kali dalam 1 tahun.

Sebagaimana disampaikan Koordinator Satuan Kerja (Satker) Kupang Pekalongan, Nugroho, ST kepada wartawan mengatakan, bahwa pihaknya telah mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi, untuk melakukan normalisasi 3 alur sungai yang melintas di Kota dan Kabupaten Pekalongan. “Karena kita selaku orang lapangan yang menggeluti bidang ini, sehingga kita tahu apa permasalahan yang selama ini mengakibatkan banjir di wilayah kita. Dan kita sudah mengusulkan untuk diadakannya normalisasi Kali Sengkarang, Meduri dan Kali Bremi, dengan membuat sodetan ataupun muara baru, yang sudah kita usulkan sejak tahun 2000, dan semoga usulan anggaran ini bisa terealisasi”, tuturnya.

Lebih lanjut dikatakan Nugroho, perlu dimaklumi, bahwa daerah yang dilewati oleh ketiga sungai tersebut memang daerah yang rendah, yang diperparah dengan adanya pendangkalan disungai tersebut. “Intinya, kegiatan ini untuk penanggulangan banjir di Kabupaten Pekalongan yang meliputi Kecamatan Tirto dan Kota Pekalongan, khususnya di wilayah Kecamatan Pekalongan Barat, agar masyarakat terkurangi bebannya akibat banjir. Dan harapan saya, sebelum masa pension saya tiba tahun depan, Pekalongan sudah bebas dari banjir”, harapnya.

Ditemui dilain tempat, Kepala Kantor Pemberdayaan Sumber Daya Air (PSDA) Kabupaten Pekalongan, Djajin, ST, membenarkan perihal akan adanya proyek yang akan menelan biaya sekitar 65 Milyar tersebut. “Menurut informasi yang kita dapat dari staff Balai Besar, kegiatan akan dilaksanakan tahun ini”, katanya.

Menurut Djajin, kegiatan ini dilaksanakan oleh provinsi, dan untuk daerah, hanya diminta untuk melakukan biaya pendampingan saja. “Pemda hanya diminta untuk membantu pendampingan saja, berupa pembebasan tanah hak milik warga, sedangkan untuk tanah milik negara, tergantung kebijakan pelaksana proyek”, imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Daryono mengatakan, pihaknya menyambut baik langkah yang diambil pemerintah ini. Karena menurutnya, masyarakatnya sudah jenuh dengan banjir tahunan yang sering melanda. “Kami selaku yang mewakili masyarakat, merasa senang dan salut, apabila kegiatan ini segera terealisasi. Karena selama ini masyarakat Jeruksari selalu mendapat tamu tahunan, yakni banjir yang hingga mencapai 15 hari”, katanya.

Lebih lanjut, Daryono mengungkapkan, bahwa pihaknya telah melakukan pengukuran tanah milik warga, yang akan dibebaskan. Dan untuk tanah GG serta tanah negara yang selama ini di rawat oleh masyarakat, belum ada titik temu ganti rugi, dan pihaknya berharap untuk adanya kompensasi. “Pengukuran dan pembebasan tanah berjalan lancar, karena masyarakat sudah menyadari, bahwa kegiatan ini untuk kepentingan bersama”, jelasnya.

Pihaknya berharap, wilayah Jeruksari yang muara-nya air dari kota dan Kabupaten Pekalongan, dan selama ini, didesa jeruksari tidak ada terusan yang menuju ke laut, atau buntu, proses realisasi kegiatan ini hendaknya untuk segera dilaksanakan. “Dengan adanya proyek ini, diharapkan bisa mengatasi banjir. Dan diharapkan, ada kompensasi bagi warga kami yang selama ini merawat tanah milik negara, karena tanah tersebut menjadi mata pencaharian warga kami”, pungkasnya.

Hal senada juga disampaikan Camat Tirto, Puji Iriyanto, SH, MH. Kepada wartawan, dirinya mengatakan, optimis kegiatan ini bisa mengurangi penderitaan masyarakat, karena menurut pantauannya, banjir telah membebani selama 15 hari di wilayah kecamatan Tirto, kendati hanya dari air hujan biasa.(SW-02/03)

Annisa - "Sido Rondho"


Adalah Annisa, wanita Kelahiran Purwokerto16 Desember ini, sudah hobby nyanyi saat ia masih duduk di bangku sekolah, yang hingga kini masih digelutinya. Dan Berkat ketelatenannya mengeluti seni tarik suara, masyarakat kini sudah banyak yang mengenalnya, yang artinya, berangkat dari hobby, bisa juga jadi rejeki.

Ditemui usai “manggung” dalam acara lounching Tabloid Bulanan Suara Warga Pantura, di Kelurahan Tirto beberapa waktu lalu, dirinya mengaku, ingin tetap eksis di jagad hiburan.

“Yang pasti, saya ingin menjadi penyanyi yang professional, tanpa harus memilah milih siapa yang mengundang. Intinya, niatan kita untuk menghibur, dan mencoba menggali potensi diri saya untuk jadi lebih professional”, tuturnya.

Wanita yang baru 4 tahun di Kota Batik ini, dalam memenuhi undangan masyarakat tidak pernah mematok harga. “Sikap profesionalisme dalam bekerja selalu kita utamakan. Dan yang pasti, panitia sudah tahu harus ngasih honor berapa ketika biduan itu nyanyi, karena mereka pasti sudah bisa menilai, penyanyi itu professional atau tidak”, imbuhnya.

Dalam acara yang digelar oleh KIM Tirto Kota Pekalongan itu, wanita yang punya hobbi nyanyi, bikin kue atau masak ini, didampingi redaktur pelaksana Suara Warga, dengan suasana akrab melantunkan lagu Sido Rondho. (Trie)

PEKERJA YANG SUKSES JADI PENGUSAHA

Pekalongan - Adalah H.Rahmani (52) alias H.Abdurahman, pemilik CV.Garmindo Metatama salah seorang pekerja yang sukses menjadi pengusaha Garmen,Loundry dan Embroidery, yang beralamat di Jalan KH.Ahmad Dahlan Gang 8 No.392 Tirto Pekalongan.

Kepada Surga mengatakan, bahwa dirinya berawal bekerja di sebuah perusahaan di PT.Baliweek Raphael Division di Jakarta selama hampir 5tahun, sejak itulah ia menekuni pekerjaanya dan memasuki tahun 1997 ia merintis untuk membuka usaha sendiri di daerah kelahirannya di Pekalongan.

Motivasinya membuka usaha di daerahnya karena melihat banyak tenaga kerja di Pekalongan yang dapat dipekerjakan dan relatif murah upahnya.

“Upah kerja di Pekalongan relatif murah, karena Pekalongan sebagai kota industri yang letaknya strategis karena wilayah Pekalongan dapat terjangkau dari berbagai daerah seperti dari Bandung, Jakarta, Semarang danYogyakarta. Sehingga dengan jarak tempuh yang terjangkau secara otomatis biaya transport juga murah”, tutur Rahmani.

Usahanya kini bergerak dibidang jasa jahitan (garmen), jasa cucian (loundry) dan jasa border (embroidery), dan sudah merambah kebeberapa kota besar seperti Bandung, Jakarta, Semarang, Yogyakarta bahkan sempat mendapat pesanan dari Amerika.

Dikatakan untuk biaya atau ongkos jasa jahitan mencapai Rp.90.000 hingga Rp. 200.000,- perlusin, untuk biaya jasa border berkisar Rp.500 hingga Rp,1.500, perpotong sedangkan untuk jasa cucian dari Rp. 2.500 hingga Rp.6.000,- perpotong.

“Untuk biaya tergantung dari model yang dikehendaki”, jelas Rahmani yang saat ini mempunyai pekerja lebih kurang 87 orang.

Pekerjanya dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya bagian pemotongan, jahitan, produksi, cucian , border, gosokan dan pengepakan.

“Masing-masing bagian menyelesaikan tugasnya sendiri sehingga tenaga kerja disini sesuai bidangnya tidak dapat kerja secara acak harus professional. Karena kami selalu menjaga kualitas/ mutu dan kepercayaan”, terang suami dari Ny. Nafsiah dan Ny. Minarni ini.

Untuk mensiasati usaha jasanya, pihak perusahaan juga berupaya memproduksi celana jeans dan sebagainya, yang dipasarkan lewat agen-agen yang ada.

“Dalam keadaan menunggu orderan, kami juga memproduksi celana yang dipasarkan lewat para agen, sehingga karyawan tidak ada yang menganggur”, imbuhnya.

Usahanya di bidang jasa jahitan, cuci dan bordiran sangat mendukung dalam membuka lapangan pekerjaan khususnya masyarakat setempat, sehingga tidak ada masyarakat yang menganggur.

“Alhamdulillah masyarakat setempat sangat mendukung keberadaan usaha kami, sehingga tenaga kerja atau masyarakat disini dapat diberdayakan dalam kegiatan usaha kami”, pungkasnya. (SW-01@3)

RAMBU ‘LURUS JALAN TERUS’ PENYEBAB KECELAKAAN


Pekalongan - Kecelakaan di jalan raya Pantura akhir-akhir ini sering terjadi, penyebabnya diantaranya rambu-rambu lalu lintas yang kurang memadai, dan bahkan diperparah dengan seringnya masyarakat pengguna jalan tidak menghiraukan rambu-rambu yang ada.

Sebagaimana disampaikan Pengawas dari Yayasan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (YABPEKNAS) Jawa Tengah, Ali Rosidin yang selama ini memantau diberbagai jalan, khususnya di wilayah Pantura.

“Kalau kita perhatikan rambu-rambu yang ada, terkadang masih banyak yang harus dibenahi, diantaranya tulisan-tulisan yang sudah tidak jelas, seperti rambu yang ada di perempatan lampu merah jalan K.H. Mansyur, yaitu tulisan ‘belok kiri jalan terus’ tidak terpasang, sehingga dapat membingungkan para pemakai jalan raya”, ucap Ali.

Selanjutnya, ia juga menyoroti rambu-rambu yang di jalan Raya Tirto atau jalan Gajah MadaBarat, yaitu adanya tulisan “lurus jalan terus” dari arah barat.

“Tulisan yang ada di lampu merah jalan raya Tirto, sebenarnya sangat membahayakan bagi pengendara yang datang dari arah selatan, bila lampu hijau. Karena, ketika kendaraan dari arah selatan lampu hijau nyala dan kendaraan melaju kearah timur, sedangkan dari arah barat menuju arah timur jalan terus. Bukan tidak mungkin akan membahayakan bagi pengguna jalan dan kerapkali dilokasi terjadi kecelakaan, karena pada umumnya, kendaraan dari arah barat melaju dengan kencang”, terang Ali

Menurutnya, tulisan ‘lurus jalan terus’, mestinya melihat kondisi bagaimana tingkat keamanan bagi pengendara dari berbagai arah, tidak asal pasang sehingga dapat menyebabkan kecelakaan. “Saya minta, tulisan “jalan lurus terus” yang ada di jalan Raya Tirto untuk bisa dicopot, karena selama ini membahayakan pengendara yang datang dari arah selatan. Kalau pihak DPKLH tidak ingin kami somasi”, tegas Ali. (SW-01)

YABPEKNAS SIAP LINDUNGI KONSUMEN


Pemalang - Maraknya produk atau pelayanan terhadap masyarakat yang dilakukan oleh para pelaku usaha dibidang pelayanan jasa maupun barang, membuat pihak yayasan badan perlindungan konsumen nasional (Yabpeknas) Jawa Tengah, sangat intens terhadap perlindungan konsumen, sebab kebanyakan masyarakat pasrah dengan apa yang dilakukan oleh pelaku usaha maupun dibidang pelayanan jasa.

Sebagaimana disampaikan Ketua DPC YABPEKNAS Jateng Cabang Pemalang, Abdul Rozak ketika ditemui dirumahnya mengatakan, bahwa keberadaan konsumen selaku pemakai produk dari para pelaku usaha perlu mendapat perlindungan. Hal ini sebagai amanat undang-undang nomer 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

“Saya sangat prihatin dengan keberadaan konsumen yang selama ini banyak dirugikan oleh para pelaku usaha, dimana mereka pada posisi yang dirugikan oleh para pelaku usaha. Sebagai contoh ketika para konsumen mengambil kredit kendaraan melalui leessing atau lembaga finance, perjanjian yang dibuat kebanyakan tidak diketahui oleh Notaris bahkan klausula yang dibuat mengntungkan sepihak dan menguntungkan pihak leessing atau lembaga finance”, terang Rozak.

Lebih jauh dikatakan, bahwa para pelaku usaha dalam membuat perjanjian seharusnya dibuat atas dasar kesepakatan kedua belah pihak, tidak hanya menyediakan blanko perjanjian yang ditanda tangani oleh pihak konsumen tanpa diberikan hak untuk diminta persetujuan tentang pasal-pasal yang ada dalam surat perjanjian atau kesepakatan.

“Dalam UU Nomor 8 tahun 1999, disana ada pasal yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang membuat ‘klausula baku’ atau perjanjian sepihak, karena dapat merugikan konsumen. Sehingga klausula yang dibuat seharusnya atas dasar kesepakatan kedua belah pihak dan diketahui oleh Notaris”, terang Rozak.

Terhadap maraknya para ‘debt colector’ yang seenaknya menyita kendaraan para konsumen yang menunggak setoran, menurutnya tindakan itu merupakan tindak kriminal, yang termasuk tindak ‘perampasan’.

“Debt colector tugasnya adalah menagih setoran, bukan merampas atau menyita barang. Kalau kendaraan akan disita harus melalui proses pengadilan yang menyatakan bahwa barang tersebut dinyatakan sebagai barang sitaan. Dan bila debt colector memaksa untuk melakukan perampasan, dengan mengatakan barang tersebut ‘ditarik atau diamankan’, pihak konsumen dapat melaporkan kepada yang berwajib, karena mereka (debt collector) telah melakukan tindak pidana perampasan barang”, tegas Rozak.

Selanjutnya, kepada para pelaku usaha hendaknya tidak menghilangkan hak-hak konsumen, karena disamping konsumen mempunyai kewajiban juga mempunyai hak untuk mendapat perlindungan secara hukum. (SW-01/@3)